Senin, 19 Desember 2011

Cinta Untuk Beyno

Gigiku bergetar, ku rapatkan jaketku dengan erat. Hari sudah mulai gelap. Malam sudah turun sedari tadi. Dan gerimis itu, dia membuatku beku kedinginan. Toh aku bukan berada di dalam ruangan AC. Aku hanya sedang berada di luar ruangan Starbucks, duduk sendirian menunggu seseorang datang menemuiku. Sudah setengah gelas aku menghabiskan coklat panas ku, tapi itu sama sekali tidak melawan kedinginanku dan angin malam pada saat itu. Gigiku tetap saja bergemetaran.

Beyno memintaku menunggunya disini. Sudah satu setengah jam aku menunggu. Selama itu juga handphoneku berdering mengabarkan macet dan maaf bertubi-tubi darinya. Aku dengan suara malaikatku hanya berkata tidak apa-apa, walaupun di dalam hati aku sibuk mengeluh.

Seandainya saja aku tidak begitu merindukan Beyno mungkin aku tidak akan sudi menunggunya disini diantara gerimis dan angin malam ini yang sedari tadi menusuk nusuk tubuhku. Beyno seumuran denganku. Kita berbeda sekolah. Dan dia sering di panggil Bey oleh teman-temannya.

Beyno orang yang amat sangat pendiam. Dia berkata hanya seperlunya saja. Dia begitu menggilai segala macam yang berhubungan dengan teknologi. Dan akupun terkejut ketika aku tau dia begitu menggilai diriku. Tak cukup di bandingkan dengan gilanya pada teknologi, tapi aku cukup terharu ketika dia begitu menyukai ku.

”Ta..” sebuah suara terdengar pelan di tengah gerimis yang mulai deras.

Ku angkat kepalaku dan tepat dia berdiri di hadapanku. Entah sejak kapan dia berdiri di situ memegang segelas kopi panas.

”Sini..” seruku sambil memegang bagian lengan kursi di sebelahku.

Beyno duduk. Di taruhnya kopi panas itu di atas meja dan menatap gelas yang terlihat hampir kosong dan duduk di sebelahku.

”Mau ku pesankan coklat panas lagi Ta ?” tanyanya sambil memandangku lembut.

”Tidak usah, terimakasih.” jawabku bosan. ”Tumben ngajak ketemu, Bey ?”

Beyno tidak langsung menjawab. Kedua tangannya sibuk memegangi segelas kopi panas di depannya. Tanpa ku sadari aku memandangnya. Dia tidak berbeda. Dia masih Beyno yang dulu aku kenal, yang dulu pernah mengisi hari-hariku. Kulitnya yang kuning langsat berubah menjadi pucat karena udara di sekitar, matanya yang begitu besar sipit ketika menghirup kopi panas. Rambutnya pun masih gondrong seperti dulu untuk ukuran anak SMA.

”Aku kangen kamu Ta.”

Perkataan nya yang begitu tiba-tiba membuatku kaget.

”Oh ya ?” yang terlintas dalam pikiran ku hanya jawaban itu.

”Banget Ta.” seulas senyuman pun hadir. Dia manis sekali.

”Aku ingin meminta maaf.” kata Bey lirih saat itu yang masih memandangiku.

”Maaf untuk ?” jawabku.

”Untuk semuanya. Terutama untuk ketololan ku karena tidak mempercayai kamu, Ta.” matanya pun meredup dan dia mengecup jemari tanganku.

Seluruh badanku gemetar. Ternyata aku masih begitu mencintainya. Sudah satu tahun dan perasaanku masih tetap saja sama. Aku masih mencintainya. Sangat mencintai seorang Bey. Mengingat kenangannya yang lalu yang pernah aku lalui dengannya.

”Kamu melamun Ta ?” suara Bey membuyarkan lamunanku.

Aku tergagap. ”Mmmhh... tidak.” aku bergumam.

”Memikirkan apa ?”

”Kita dulu.” aku menatapnya.

Beyno masih tetap memegang tanganku. ”Maaf maaf, maukah kau menjelaskan bagaimana itu terjadi ? bagaimana kau bisa tau semuanya ? mungkin menurutku ini terlambat. Sudah setahun lamanya dan aku baru memintamu menjelaskan sekarang.” kata Beyno terbata-bata.

Aku tersenyum. Ku tepuk-tepuk tangannya dan berkata ”Tidak apa-apa. Better late then never.”

”Jadi ?” lagi lagi suara Beyno membuyarkan lamunanku. ”Bagaimana kau mengetahuinya ?”

Aku mendesah. Sebelumnya aku tidak pernah mendiskusikan ini kepada orang lain. Bahkan kepada orang tuaku.

”Itu datang begitu saja.” jawabku lirih. Aku benar-benar bingung bagaiman cara menjelaskannya.

”Kau tau , saat aku sedang melakukan sesuatu tiba tiba penglihatan itu datang. Kadang jika itu terlalu banyak, terlalu kuat dan datang bertubi tubi aku merasa kepalaku sangat pusing. Dan itu bukanlah sesuatu yang dapat ku kendalikan. Seperti aku ingin mengetahui tentang kamu, aku memikirkan kamu lalu penglihatan itu datang begitu saja. Mungkin sebagai peringatan kalau itu tentang sesuatu yang buruk.” jelasku begitu panjang.

”Seperti contohnya ?” Beyno bertanya.

”Aku pernah melihat diriku sendiri terperosok ke dalam sebuah lubang yang cukup besar di jalan raya. Well , yaa seharian itu aku sangat berhati-hati dan ternyata ya aku terperosok.”

”Jadi kamu selalu bisa menghindari semua yang buruk ?”

”Tidak juga. Aku pernah melihat kakekku meninggal dan akupun memberitahukan kakekku untuk tidak pergi kemana mana saat itu. Dan kau tau, meyakinkan kakek sama susahnya dengan meyakinkan mu.” aku memandang Beyno.

Beyno meringis mendengar celotehanku.

”Aku membujuknya untuk membatalkan kepergiannya ke Yogyakarta. Aku memintanya bermain catur denganku seharian di rumah. Berhubung aku cucu kesayangannya kakek pun mau bermain catur seharian denganku, tapi ya tetap saja kakek meninggal.” aku menarik napas.

”Kok bisa ?” tanyanya penasaran.

”Beliau terpeleset di kamar mandi.”

Wajah Beyno terlihat ngeri. Aku tersenyum menenangkannya.

”Ta bagaimana rasanya ? pasti berat sekali memiliki kemampuan dapat melihat masa depan.” Beyno menggigit bibirnya.

Aku tersenyum lagi. ”Ya begitulah. Kadang aku merasa takut dan kadang aku merasa bersyukur memiliki kemampuan seperti itu. Apalagi ketika aku dapat membaca tentang hubungan kita di masa depan.” kali ini akulah yang menggigit bibir.

”Maaf maaf.” kata maaf lagi yang keluar dari mulut Beyno. Aku terdiam. Kejadian satu tahun yang lalu mengingatkanku lagi. Masih dalam tempat yang sama di luar ruangan Starbucks.

Pada saat ituuu.... ”Bey..” aku memanggilnya. ”Apa ?” aku mulai mendekatinya. ”Bey, Tyan menyukaiku. Dia ingin memilikiku. Bahkan sekarang, apa yang kamu rasain ke aku sama dengan apa yang Tyan rasain ke aku. Dia masih ingin memilikiku Bey.”

Mata Bey melebar sambil memelototiku seolah olah aku menelan sesuatu yang tak sewajarnya untuk ku telan. Yang membuatku terkejut, dia marah dan menudingiku dengan telunjuk kanannya dengan kasar.

”Dasar cewek gatau malu ! jangan sok Ge-er deh kamu ! Tyan itu sahabatku dan dia suka sama kamu, kita dekat bahkan aku dan Tyan adalah sahabat. Ga mungkin dia berfikiran seperti itu. Dia tau kalau kamu itu pacarku jadi mustahil kalau dia ingin memilikimu. Dia GA MUNGKIN suka sama kamu ! karena dia TAU kamu pacarku dan dia SAHABATKU !”

Aku terpana menatapnya. Tak pernah ku melihat Beyno yang begitu seamarah ini. Demi tuhan apa yang aku lihat dan apa yang aku tau sudah ku edit dalam penglihatan ku. Bagaimana nanti jika Beyno ku beritahu tentang Tyan yang selalu memimpikanku di setiap mimpinya.

”Kamu ninggalin aku Bey.” aku menatap gerimis yang masih saja turun. Tak terasa air mataku pun jatuh. Termasuk Beyno yang tampak menyesal.

”Maaf maaf..” senandung itu terdengar lagi. Aku menangis sekarang. Mengingat semuanya sungguh menyakitkan. Waktu itu Beyno memang meninggalkanku.

”Kamu terlalu sibuk dengan urusanmu dan kamu terlalu menyayangi sahabat-sahabat mu Bey. Dan kamu terlalu memepercayai mereka.” aku mencoba untuk tersenyum tapi tidak bisa, air mataku terus mengalir deras.

Dia memang begitu. Dulu ketika aku dekat dengannya , dia yang rela mati matian berkelahi dan berbohong pada gurunya hanya demi melindungi Tyan sahabatnya yang mencontek di kelas. Dia rela melakukan apapun demi Tyan.

Aku pacarnya. Tapi kadang kadang aku merasa itu hanya status saja. Toh kenyataan nya Beyno lebih sering dengan sahabatnya dibandingkan dengan aku. Dan dia tidak mempercayaiku sedikitpun, dia tidak percaya Cinta, pacarnya.

Tyan datang saat kamu pergi..”

”Aku tau...”

Tyan datang dengan penuh perhatiannya. Dia menawarkanku cinta yang lainnya. Sesuatu yang ga pernah kamu lakuin Bey. Dan aku bisa jadi cewek termanja saat sama dia....”

”Hentikan Ta.... Hentikan.... aku tau aku salah, aku minta maaf.” Bey mencium tanganku dan kurasakan tanganku basah.

”Kamu menangis Bey ?” tanyaku.

”Aku menangis hanya untukmu Ta. Aku menyesal. Sungguh. Aku udah nyia nyiain cewek sebaik kamu.”

Kucoba untuk tertawa. ”Berlebihan kamu Bey, aku tidak sebaik itu kok.”

Beyno hanya menggelengkan kepalanya.

”Kamu tahu kalau aku sempat berpacaran dengan Tyan ?” Beyno mengangguk pelan. ”Tapi kamu pura pura ga tau kan ? kamu terlalu baik Bey, kamu bener bener baik.” aku tersenyum memandang Bey. ”Itu kenapa aku begitu menyukaimu Bey , kamu begitu luar biasa baik.”

”Aku cowok yang terlalu baik, benar benar baik, luar biasa baik saking baiknya aku sangat bodoh ya Ta ?”

”Tidak juga, kalau kamu bodoh mana mungkin kamu bisa juara IT ? mana mungkin aku jatuh cinta sama kamu.

Beyno tertawa. Aku senang mendengarnya tertawa.

”Seandainya aku bisa memutar waktu Ta ?”

I wish i could.” Kataku. “Apa yang akan kamu lakukan pertama kali Bey ?

”Pertama kali ? aku akan mempercayaimu seutuhnya. Aku akan mempercayai segala sesuatu yang kamu katakan.”

”Akhirnya kamu percaya aku kan Bey ?” air mataku menggenang lagi.

Bey mengangguk pelan.

”Kau tau betapa aku menyukaimu Ta ?”

Aku menggeleng.” Tidak mungkin karena aku secantik Nikita Willy kan ?”

Bey tertawa. Dia tersenyum lebar sekali. Mengacak rambutku pelan.

“Karena kamu jauh lebih dewasa di banding cewe cewe seumuran kita. Dan kamu tidak manja seperti mereka.“

Aku tersenyum. “Terimakasih J“ bagaimanapun aku bahagia mendengar Bey menyukaiku.

Tiba tiba dia merogoh saku celananya dan di telapak tanganku dia memberikan sebuah kotak yang berisi kalung perak dengan bandul kotak polos yang terbuka menunjukan dua buah sisi. Sisi sebelah kiri berisi sebuah foto aku dan Beyno. Di sisi sebelah kanan terukir dua buah nama Cinta dan Beyno.

“Untukku ?“ Bey mengangguk. Diusapnya air mata yang sudah mengalir dipipiku.

“Sekali lagi Terimakasih.“ Ucapku lirih.

Bey mengangguk lagi. ”I love you Ta. Aku ingin kamu tau itu.”

Aku tak bisa berhenti menangis. Malam ini adalah malam terindah untukku.

Bey berdiri menarik ku ikut berdiri dan dia memelukku. Saat itulah sesuatu menghantam otakku. Mendadak membuatku membeku.

Aku tidak suka mengatakan ini. Tapi baru saja aku melihat banyak orang berjubah hitam di ruangan. Aku ada disana. Aku juga menangis. Bey ada disana. Dia tidak menangis. Dia tersenyum damai dengan luka bentur pada pelipis kanan. Terjatuh di jalan. Sepulang dari Starbucks.